
Prestasi Mahasiswa UMN yang Bikin Bangga Kampus!
Agustus 31, 2025
7 Corporate Card Terbaik untuk Seluruh Kebutuhan Perusahaan
September 1, 2025
Software Developments (Source : Pexels)
Permintaan akan custom software terus meningkat seiring percepatan transformasi digital di berbagai industri. Nilai pasar globalnya diproyeksikan mencapai USD 43,16 miliar pada 2024 dan melonjak hingga USD 146,18 miliar pada 2030, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 22,6%.
Angka ini menegaskan besarnya kebutuhan akan solusi software yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan spesifik bisnis.
Dalam bidang akademik, tren ini penting dipahami oleh mahasiswa maupun peneliti agar lebih siap menghadapi perubahan dan kebutuhan industri di lapangan. Jadi, apa saja tren terkini dalam custom software development? Yuk, simak lebih lanjut.
Perkembangan custom software development
Bagi banyak bisnis, software yang dirancang khusus dapat membuat operasional jadi lebih efisien, memperkuat perlindungan data, meningkatkan pengalaman pelanggan, serta mempercepat adaptasi terhadap perubahan pasar.
Sementara itu, di ranah akademik, custom software mendukung pembelajaran yang lebih adaptif, administrasi yang efisien, dan analitik yang membantu pengambilan keputusan berbasis data.
Beberapa contoh penerapan custom software yang umum digunakan antara lain:
- Healthcare: integrasi EHR dan telemedicine untuk layanan kesehatan digital.
- Logistik: sistem manajemen gudang untuk pelacakan inventaris real-time.
- Keuangan: payment gateway dan platform risk management yang sesuai regulasi.
- E-commerce: CRM dan sistem inventori yang disesuaikan kebutuhan bisnis.
- Akademik: LMS kampus, platform ujian online, serta dashboard analitik mahasiswa.
Melihat peran yang begitu besar, mahasiswa — khususnya jurusan bisnis, akuntansi, dan teknologi — perlu memahami tren custom software development terkini.
1. Web 3.0
Web 3.0 adalah generasi baru internet yang terdesentralisasi, lebih terbuka dan aman. Kalau sekarang data biasanya disimpan di server perusahaan besar, di Web 3.0 data bisa tersebar di banyak tempat melalui teknologi blockchain.
Dengan begitu, risiko pencurian data lebih kecil dan pengguna punya kontrol lebih besar. Contohnya, aplikasi keuangan digital berbasis blockchain yang memungkinkan orang bertransaksi langsung tanpa lewat bank.
2. DevSecOps
DevSecOps adalah evolusi dari DevOps yang mengintegrasikan keamanan sejak tahap awal pengembangan. Dengan otomatisasi lewat CI/CD pipeline, risiko keamanan bisa terdeteksi dan diperbaiki jauh lebih cepat.
Praktik ini banyak digunakan misalnya di aplikasi e-commerce, di mana setiap update fitur baru secara otomatis melewati uji keamanan untuk mencegah kebocoran data pelanggan.
3. Low-Code / No-Code (LCNC)
Platform low code no code memungkinkan pembuatan aplikasi dengan interface visual dan komponen siap pakai, sehingga proses pengembangan lebih cepat dan bisa melibatkan tim non-teknis. Diperkirakan, 70% aplikasi baru di 2025 akan lahir lewat pendekatan ini.
Misalnya, tim kampus bikin aplikasi untuk pendaftaran acara mahasiswa hanya dengan drag-and-drop, tanpa harus minta bantuan programmer.
4. Cloud-Native Architecture
Cloud-native berarti aplikasi dibuat langsung di atas layanan cloud. Hasilnya, aplikasi bisa lebih mudah ditambah kapasitas kalau tiba-tiba butuh penambahan pengguna.
Contohnya, layanan streaming film yang tidak “down” meskipun jutaan orang menonton saat perilisan film baru, karena sistem otomatis menambah server sesuai kebutuhan.
5. Blockchain
Blockchain adalah teknologi penyimpanan data yang sangat sulit diubah sehingga lebih aman dan transparan. ocok dipakai di bisnis yang butuh kepercayaan tinggi.
Misalnya, di industri makanan, blockchain bisa dipakai untuk melacak perjalanan produk dari petani sampai ke meja konsumen, sehingga semua pihak tahu asal-usul barang dengan jelas.
6. Internet of Behavior (IoB)
IoB menghubungkan data perilaku pengguna dari perangkat IoT, media sosial, hingga platform digital, lalu menganalisisnya dengan AI dan Machine Learning untuk menghadirkan pengalaman yang lebih personal.
Salah satu contohnya adalah aplikasi fitness yang dapat menyesuaikan rekomendasi olahraga berdasarkan data dari smartwatch sekaligus kebiasaan harian penggunanya.
7. Infrastructure as Code (IaC)
IaC adalah cara mengatur server dan jaringan komputer dengan kode secara otomatis, bukan manual. Cara ini membuat deployment lebih cepat, konsisten, dan minim error.
Perusahaan fintech, misalnya, bisa meluncurkan ratusan server baru hanya dengan satu baris script, tanpa harus menunggu konfigurasi manual yang memakan waktu berhari-hari.
8. AI & ML Integration
AI dan ML semakin banyak diintegrasikan ke dalam software, mulai dari otomatisasi coding, debugging, hingga pengujian, sekaligus memungkinkan analitik prediktif dan personalisasi di aplikasi.
Misalnya, e-commerce yang bisa memberi rekomendasi produk sesuai riwayat belanja pengguna, atau chatbot yang bisa menjawab pertanyaan pelanggan kapan saja tanpa campur tangan manusia.
9. Edge Computing
Edge computing memindahkan pemrosesan data ke lokasi yang lebih dekat dengan sumbernya, bukan di pusat data cloud. Pendekatan ini mengurangi latensi dan menghemat bandwidth, sehingga aplikasi bisa memberikan respons real-time.
Contohnya, mobil tanpa sopir yang harus membuat keputusan dalam hitungan detik, atau game AR/VR yang butuh respons instan agar tidak lag.
10. Cybersecurity
Cybersecurity adalah semua cara untuk melindungi data dan sistem digital. Enkripsi data, manajemen identitas, DevSecOps, hingga pemantauan ancaman real-time kini dianggap standar.
Misalnya, aplikasi perbankan yang menggunakan sidik jari atau pemindaian wajah untuk login, ditambah sistem pemantau transaksi mencurigakan secara real-time.
Bagaimana tren ini dapat diadaptasi dalam lingkungan akademik
Tren custom software development bukan hanya relevan bagi industri, tetapi juga bisa diterapkan langsung dalam lingkungan akademik.
Dengan memasukkannya ke dalam riset, pembelajaran, maupun proyek praktikum, mahasiswa bisa mendapat pengalaman langsung sekaligus membangun portofolio yang relevan dengan kebutuhan kerja.
- Riset dan studi kasus: Topik seperti DevSecOps atau cloud-native bisa dijadikan bahan tugas akhir atau penelitian, sehingga mahasiswa tidak hanya belajar teori, tapi juga melihat bagaimana praktiknya di dunia nyata.
- Kurikulum: Mata kuliah bisa menambahkan modul Low-Code/No-Code (LCNC) agar mahasiswa terbiasa menggunakan tools visual dan memahami cara kerja kolaboratif yang banyak dipakai perusahaan.
- Proyek praktikum: Latihan bisa berupa membuat mini blockchain, mencoba Internet of Behavior (IoB) berbasis machine learning, atau melakukan deployment dengan Infrastructure as Code (IaC) sebagai simulasi DevOps.
- Portofolio mahasiswa: Aspek seperti cybersecurity dan DevSecOps dapat dimasukkan dalam portofolio akademik, sehingga lulusan memiliki nilai tambah yang langsung terlihat oleh industri.
Rekomendasi custom software dengan low code no code
Di antara banyaknya pilihan layanan custom software, Mekari Officeless adalah salah satu rekomendasi terbaik.
Platform low code no code dari Mekari Officeless bantu perusahaan maupun individu yang ingin membangun aplikasi dengan lebih cepat dan efisien, tanpa harus menguasai coding yang kompleks.
Keunggulan Mekari Officeless:
- Cepat dan efisien: Aplikasi bisa dibuat dalam hitungan hari bahkan jam.
- Mudah digunakan: Interface visual yang ramah untuk pemula.
- Fleksibel: Dapat disesuaikan untuk berbagai kebutuhan bisnis maupun proyek pribadi.
- Terjangkau untuk semua: Tidak hanya perusahaan, tapi juga bisa digunakan mahasiswa untuk belajar dan berlatih membuat aplikasi sendiri.
Dengan Mekari Officeless, proses membuat aplikasi bisa menjadi pengalaman praktis yang bermanfaat, baik untuk mendukung kegiatan akademik, penelitian, maupun persiapan menghadapi kebutuhan kerja di masa depan.