
Gimana Peran Komunikasi Strategis Dalam Pengembangan yang Sustainable?
Juli 28, 2025
Sustainability di Industri Kreatif: Inovasi, Tanggung Jawab, dan Masa Depan Berkelanjutan
Juli 28, 2025Teknologi AI untuk Sustainability: Ancaman atau Solusi? (Sumber: Unsplash/Jason Leung)
Teknologi Artificial Intelligence (AI) kerap mendapat reputasi buruk sebagai penyumbang kerusakan lingkungan. Bagaimana tidak? AI membutuhkan energi besar untuk melatih model, dan produksi data center masif juga boros listrik– memperparah krisis iklim.
Walau begitu, AI bisa menjadi alat penting dalam memperbaiki kerusakan lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan– jika digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab. AI bisa mempercepat inovasi, efisiensi, dan pengambilan keputusan yang berdampak positif bagi bumi.
Yuk, kita bahas lebih dalam, bagaimana AI bisa menjadi solusi krisis iklim?
Baca juga: 5 Kelebihan dan Kekurangan Artificial Intelligence: Membantu dan Mengancam?
Sisi Gelap AI: Merusak Lingkungan
Artificial Intelligence mengonsumsi energi yang sangat tinggi. (Sumber: Unsplash/Immo Wegmann)
Menurut UNEP, pertumbuhan pesat AI dan teknologi pendukungnya bisa menimbulkan masalah. Pusat data yang menjalankan sistem AI menghasilkan banyak limbah elektronik. Mereka juga menggunakan banyak air, padahal di beberapa tempat air sudah semakin langka.
Untuk membangun dan menjalankan sistem ini, dibutuhkan bahan-bahan langka yang sering diambil dari alam dengan cara yang merusak. Selain itu, AI juga membutuhkan sangat banyak listrik, yang bisa menambah polusi dan mempercepat perubahan iklim.
“Dampak AI terhadap krisis iklim sulit dihitung, bahkan jika hanya melihat emisi gas rumah kaca,” tulis sebuah artikel oleh Scientific American.
Ini karena setiap jenis AI membutuhkan daya komputasi yang berbeda. Misalnya, pelatihan model GPT-3 dari OpenAI menghasilkan sekitar 500 ton karbon dioksida, sementara model yang lebih sederhana menghasilkan emisi yang jauh lebih kecil. Masalah ini makin rumit karena banyak perusahaan AI tidak transparan soal data emisi mereka, sehingga sulit mengetahui dampak sebenarnya.
Baca juga: Belajar tentang AI di Jurusan Kuliah Ini!
Responsible Artificial Intelligence: AI sebagai Solusi untuk Keberlanjutan
Responsible artificial intelligence adalah solusi bagaimana AI bisa membuat dunia menjadi lebih ramah lingkungan dengan teknologi (Sumber: Unsplash/Shubham Dhage)
Banyak orang mengira bahwa AI hanya membawa dampak negatif bagi lingkungan karena membutuhkan banyak listrik dan data. Tapi sebenarnya, jika digunakan dengan bijak, AI bisa menjadi alat penting untuk mendukung keberlanjutan dan menyelamatkan bumi.
AI bisa membantu manusia memahami data yang sangat besar dan rumit—seperti pola cuaca, emisi karbon, atau kondisi tanah. Kemampuannya untuk mendeteksi pola tersembunyi dan memprediksi hasil di masa depan sangat berguna dalam mengelola energi, pertanian, transportasi, dan banyak sistem penting lainnya. Bahkan, PricewaterhouseCoopers memperkirakan bahwa penggunaan AI secara global dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 4% pada tahun 2030.
Contohnya, AI sudah digunakan oleh UNEP (Program Lingkungan PBB) untuk mendeteksi kebocoran gas metana, salah satu gas penyebab pemanasan global. Di sektor pertanian, AI membantu petani menggunakan air, pupuk, dan pestisida secara lebih efisien, sehingga hasil panen meningkat dan kerusakan lingkungan berkurang.
Dalam dunia energi, AI membantu menjalankan sistem seperti virtual power plants, di mana baterai rumah tangga bisa menyimpan dan mengirim listrik kembali ke jaringan saat dibutuhkan. Ini mengurangi beban pada pembangkit listrik tradisional dan membuat distribusi energi lebih efisien. Di bidang logistik, perusahaan seperti SAP menggunakan AI untuk mencari rute dan jadwal pengiriman paling hemat bahan bakar, sehingga emisi karbon bisa ditekan.
AI juga sangat membantu dalam pelaporan dan perencanaan keberlanjutan perusahaan. Dengan AI-powered predictive analytics, perusahaan bisa membuat laporan ESG (Environmental, Social, Governance) yang lebih akurat dan merancang investasi IT yang sesuai dengan komitmen ramah lingkungan mereka.
Yang lebih menarik lagi, AI kini digunakan untuk mendukung semua 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, termasuk kota dan komunitas berkelanjutan. Bahkan, para CTO (Chief Technology Officers) kini punya peran penting dalam menyeimbangkan kebutuhan teknologi tinggi dengan tujuan net zero emisi karbon.
Baca juga: Center for Sustainability: Peran UMN dalam Mengadopsi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Bagaimana Pendidikan Tinggi Bisa Menggabungkan AI, Teknologi, dan Sustainability
Pendidikan tinggi, sebagai salah satu institusi yang aktif menggunakan AI dalam kurikulum, riset, proyek, dll, memiliki peran penting untuk mengadopsi AI secara bertanggung jawab. Contohnya, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), sebagai universitas berbasis teknologi dan inovasi, juga menyadari pentingnya menggunakan AI secara bijak. Beberapa langkah yang sudah diambil UMN:
- Kurikulum yang Terintegrasi dengan AI dan Sustainability: Jurusan seperti Teknik Informatika, Teknik Fisika, dan Sistem Informasi di UMN telah menggabungkan pembelajaran tentang AI, IoT, dan green technology.
- Proyek Mahasiswa Berbasis AI untuk Lingkungan: Mahasiswa UMN aktif mengembangkan proyek seperti sistem pemantauan energi, aplikasi daur ulang berbasis AI, hingga perangkat pintar untuk mendeteksi kebocoran gas atau kualitas udara.
- Kolaborasi dan Riset Interdisipliner: UMN mendorong kolaborasi antar-jurusan untuk menciptakan solusi teknologi yang relevan dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Konklusi
Teknologi AI memang bukan tanpa risiko. Konsumsi energi tinggi, limbah elektronik, dan ketidaktransparanan masih menjadi tantangan nyata. Namun, jika dikelola dengan tanggung jawab, AI justru bisa menjadi alat yang sangat kuat untuk mendorong perubahan positif bagi lingkungan.
Dengan kemampuan menganalisis data besar, memprediksi pola, dan mengoptimalkan sistem, AI dapat membantu manusia mengelola sumber daya secara efisien, mengurangi emisi, dan mempercepat tercapainya tujuan keberlanjutan global seperti SDGs.
Kunci utamanya adalah menggunakan AI secara bertanggung jawab—dengan prinsip transparansi, inklusivitas, dan keberpihakan pada lingkungan serta masyarakat. Pendidikan tinggi, seperti yang dilakukan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), memegang peran penting dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga peduli terhadap masa depan bumi.
Di tangan para inovator muda, AI bukan lagi ancaman, melainkan solusi nyata untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Referensi
- https://www.unep.org/news-and-stories/story/ai-has-environmental-problem-heres-what-world-can-do-about
- https://www.scientificamerican.com/article/ais-climate-impact-goes-beyond-its-emissions/
- https://www.ey.com/en_nl/insights/climate-change-sustainability-services/ai-and-sustainability-opportunities-challenges-and-impact
- https://www.weforum.org/stories/2024/09/ai-accelerator-sustainability-silver-bullet-sdim/
By Levina Chrestella Theodora
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara. www.umn.ac.id