
Lomba Peneliti Belia Banten UMN 2025
Oktober 1, 2025
Sustainability Talk: Peran Desain Berkelanjutan Untuk Masa Depan
Oktober 3, 2025
Foto bersama sesi Sustainability Talk Fakultas Ilmu Komunikasi (Dok. UMN)
Tangerang, Selasa (20/09/2025)- Sustainability Center UMN mengadakan Sustainability Talk, sebagai rangkaian acara dari Sustainability Week UMN 2025. Sustainability Talk kali ini dikolaborasikan bersama Fakultas Ilmu Komunikasi UMN. Mengangkat topik “Frames of Change: Communicating Crisis, Building Hope”, seminar ini dihadiri oleh enam narasumber yang akan mengulik bagaimana komunikasi berperan penting dalam isu keberlanjutan. Dimoderatori juga oleh Helga Liliani Cakra Dewi, S. I.kom., M.Comm., selaku Kepala Program Studi PJJ Ilmu Komunikasi UMN
Saat ini topik sustainability menjadi salah satu perbincangan yang hangat di berbagai media, berbagai opini, dan isu di masyarakat. Pada Sustainability Talk kali ini membahas bagaimana strategi media dan organisasi masyarakat mengkomunikasikan hal-hal terkait keberlanjutan. Keenam narasumber ini akan menyampaikan berbagai perspektif yang berbeda dengan satu tujuan yang sama.
Strategi dan peran media dalam keberlanjutan

Pemaparan materi dalam Sustainability Talk dengan FIKOM UMN (Dok. UMN)
Saat ini media dan organisasi masyarakat memiliki peran penting dalam mengkomunikasi isu dan menaikkan kesadaran masyarakat. Salah satu isu keberlanjutan yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini adalah #SaveRajaAmpat. Tentu dalam mengkomunikasikan isu ini diperlukan strategi yang tepat, sehingga masyarakat dapat mengerti secara jelas dan semakin sadar akan pentingnya keberlanjutan. Topik ini dibawakan oleh Leonard Simanjuntak selaku Country Director Greenpeace Indonesia.
“Kampanye Save Raja Ampat menjadi kampanye paling besar pada dukungan publiknya, dan dari hasil video tersebut sudah mencapai 717k penonton pada video awal “Wajah Lain Raja Ampat”. Di media sosial X dan Instagram juga berhasil membangun emosi dan kesadaran publik atas urgensi ini, kami mendorong dampak dari nikel yang realitanya dapat merusak keragaman hayati dan lingkungan di Indonesia. Jadi kami memang banyak mempublikasikan tentang wilayah Indonesia yang mulai rusak lingkungan karena dampak industri nikel”, jelas Leonard.
Tentu dalam keberhasilannya dalam kampanye ini dibutuhkan strategi yang tepat, utamanya Greenpeace membangun sense of belonging masyarakat dan membangun pengetahuan ini di media sosial. Leonard sendiri memilih platform media sosial karena banyaknya masyarakat Indonesia yang lebih aktif mencari informasi di media sosial. Greenpeace melakukan berbagai upaya sampai riset untuk semakin menguatkan kampanye ini.
“Dalam membuat kampanye harus jelas call to action-nya, apa yang kita minta dari publik? tentu konten yang dibangun harus entertaining dan tetap informatif. Kampanye ini kita juga menggunakan emotional storyline, sehingga kampanye disampaikan dengan entertaining tapi bisa menjangkau sisi emosi kemanusiaan khalayak”, tambah Leonard. Seminar ini juga dilanjutkan oleh Dimas Fikhriadi selaku General Manager Sustainability KG Media, yang juga menjelaskan bagaimana peran media menjadi vital.
“Lestari KG Media kita mulai di tahun 2023, dalam kanal ini kita mengangkat konten-konten tentang sustainability dan mendapat banyak dukungan dari semua media di Kompas. KG Media menekankan pada literasi untuk masyarakat, dan tentu dibutuhkan aksi nyata. Tidak bisa kita hanya mengedukasi tapi tidak melakukannya”, jelas Dimas.
Langkah awal yang dilakukan oleh Dimas dan tim adalah menghitung jejak karbon perusahaan, dan aksi ini semakin diperluas di tahun 2025. Tentu hal yang terpenting bagi Dimas adalah berkolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari industri, media internasional hingga institusi di Indonesia, sehingga dengan langkah ini bisa memperluas informasi tentang keberlanjutan.
“Tiga hal yang penting untuk dilakukan sebagai media adalah membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sustainability, melakukan aksi nyata untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, dan memastikan akuntabilitas. Topik sustainability ini sangat kompleks, sehingga penting bagi media untuk menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dimengerti tentu dengan sumber yang kredibel”, tambah Dimas.
Bagi Dimas, tantangan yang dihadapi dalam media adalah rendahnya angka literasi terkait isu sustainability. Dari data yang dipaparkan isu mengenai sustainability hanya mencapai 0.3% peminat. Namun menurut riset yang telah dilakukan Dimas, masyarakat saat ini lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan tentang isu sustainability mulai dari latar belakang produk, industri, investasi, dan berbagai keputusan lainnya. Dimas menegaskan, sustainability akan menjadi peluang yang besar terutama dikalangan generasi muda.
Peran organisasi masyarakat mengkomunikasikan keberlanjutan

Pemaparan materi tentang keragaman hayati pada Sustainability Talk (Dok. UMN)
Pada kesempatan Sustainability Talk ini dihadiri juga oleh dua organisasi masyarakat, dengan fokus yang sama. Kedua narasumber berkesempatan untuk memberikan pengetahuan bagaimana organisasi masyarakat dalam mengkomunikasikan isu sustainability di era saat ini.
Dunia digital saat ini sangat luas dan terdapat bermacam-macam konten, namun kita perlu tahu konten apa yang ingin kita pilih. Kehati memiliki berbagai macam konten dan kolaborasi juga dengan influencer di media sosial agar masyarakat lebih sadar tentang isu ini. Seperti pangan lokal yang kita kolaborasikan dengan influencer yang memproduksi konten memasak”, ujar Rika Anggraini selaku Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI.
Selain konten video pada platform TikTok, ada pula konten makro fotografi yang fokus pada hasil fotografi keragaman hayati secara detail. Dari konten ini, semakin banyak masyarakat lebih teredukasi tentang keragaman hayati di Indonesia. Selain itu Kehati juga berkolaborasi dengan salah satu brand ternama The Body Shop untuk lebih dikenal masyarakat dan meningkatkan kesadaran tentang sustainability. Kegiatan ini dilanjutkan pemaparan materi oleh Ferry Febrian selaku Co-Founder and Conservation Manager, Seagrass.
“Seagrass atau Lamun sangat jarang diketahui oleh masyarakat, dan ini merupakan tanaman laut, sama seperti tumbuhan di daratan. Lamun memiliki akar, batang daun, daun, bisa berbunga, dan bisa berkembang biak. Salah satu hal yang membuat Lamun unik adalah mereka bisa menyerap emisi karbon dan tidak akan kembali ke alam, kecuali kita merusak tanaman Lamun”, jelas Ferry.
Ferry sendiri memilih fokus pada Lamun karena melihat dari evaluasi ekonomi, tidak hanya penyerapan emisi karbon tapi juga memberi makan ke ikan-ikan, karena banyak ikan yang berkembang biak di Lamun. Ferry menjelaskan Indonesia sangat kaya dengan Lamun, dan terdapat 17 spesies lamun.
“Tentu tantangan kami adalah mengedukasi dan menyadarkan tentang Padang Lamun. Masih sedikit masyarakat di Indonesia yang mengetahui tentang Lamun, dan masih banyak juga orang yang beranggapan Lamun dan Rumput Laut adalah jenis yang sama. Menurut saya Lamun akan menjadi potensi yang sangat besar kedepannya, selain itu untuk mengembangkan Padang Lamun masih diperlukan berbagai hal, salah satunya adalah teknologi”, tambah Ferry
Salah satu mahasiswa Jurnalistik UMN, Olivia Laurent turut melakukan proyek akhirnya mengenai Padang Lamun. Proyek tugas akhir ini Ia kolaborasikan bersama Seagrass Indonesia dan CNN Indonesia. Pada kesempatan yang sama Olivia membagikan pengalamannya tentang pembuatan dokumenter Lamun.
“Aku sangat tertarik dengan topik lingkungan, dan dalam penugasan akhir aku ingin mengangkat topik tentang penyerapan emisi karbon. Di tahun 2024, itu pertama kali aku mengenal flora jenis Lamun, dan aku memutuskan untuk mengambil topik itu sebagai dokumenter, tentu banyak keraguan karena pastinya akan sangat menantang untuk menyampaikan informasi terkait Lamun”, jelas Olivia.
Olivia juga menjelaskan bagaimana Ia mengambil visual dari Lamun agar menarik dan pembuatan storyline yang dapat menyentuh sisi kemanusian. Tentu dalam pembuatan dokumenter ini Olivia ingin menghasilkan sesuatu yang informatif namun tidak membosankan. Pada dokumenter ini Olivia menunjukan tentang Lamun itu sendiri dan kisah-kisah dari manusia yang bersinggungan dengan Lamun
“Dalam pembuatan dokumenter ini diperlukan kolaborasi, tentu dokumenter ini tidak bisa mencapai ribuan views tanpa bantuan dari pihak Seagrass, Smiling Coral, dan CNN Indonesia. Hasil dari dokumenter ini juga mendapatkan banyak komentar positif dan mengedukasi banyak masyarakat mengenai Lamun”, tambah Olivia.
Bagi Olivia isu lingkungan bukan isu yang membosankan untuk diangkat ke publik, namun sebagai media atau pembuat konten harus mengerti bagaimana informasi tersebut bisa diterima dengan baik dan mengedukasi secara positif di masyarakat. Tentu tidak luput dari riset dan kolaborasi terlebih dahulu.
By Rachel Tiffany | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.