
Sustainability Talk : Strategi Media Mengkomunikasikan Keberlanjutan
Oktober 3, 2025
Puncak Sustainability Week UMN : Peran Perguruan Tinggi Dalam Mewujudkan Keberlanjutan di Indonesia
Oktober 3, 2025
Pemberian apresiasi kepada narasumber dan moderator oleh Dekan FSD (Dok. UMN)
Tangerang – Pada Selasa (30/09/2025) kegiatan Sustainability Talk UMN berlanjut dan kali ini bersama dengan Fakultas Seni dan Desain UMN. Sustainability Talk ini akan membahas tentang bagaimana peran produksi serta desain yang berkelanjutan bersama Amiroh Husna Utami selaku Vice President Parongpong RAW Lab dan Patricia Irene Kusuma selaku Founder Mortier, dimoderatori oleh Yosephine Sitanggang, M.Ars., selaku Dosen Prodi Arsitektur. Sustainability Talk kali ini mengangkat topik “Designing a Better Future: How Art and Culture Shape Change”.
Kian berkembangnya zaman semakin banyak inovasi-inovasi berkelanjutan yang semakin digaungkan oleh pelaku bisnis. Namun tentu inovasi ini harus jelas dan bagaimana nantinya produk dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan berdampak baik, sehingga nantinya produk tidak berakhir menjadi limbah lagi. Sustainability talk pertama dibawakan oleh Amiroh Husna Utami selaku Vice President Parongpong RAW Lab.
“Sampah puntung rokok itu sangat banyak, ada di daratan dan lautan kami melihat bagaimana limbah puntung rokok yang banyak bisa diolah menjadi sumber daya tanpa mengganggu generasi selanjutnya. Melalui riset dan perkembangan yang sudah kita jalani material puntung rokok dapat mendukung keberlanjutan, dan kami berhasil menghasilkan berbagai produk dari limbah puntung rokok”, terang Amiroh.
Amiroh menjelaskan bahwa puntung rokok merupakan limbah residu karena tidak adanya pengelolaan sampah, dan berakhir menumpuk di tempat pembuangan akhir. Hal inilah yang menggerakan Parongpong untuk menjadikan puntung rokok sebagai alternatif dan sudah berjalan selama enam tahun. Pengelolaan puntung rokok ini juga tidak sembarangan dan melalui berbagai proses yang tentunya juga tidak mencemarkan lingkungan.
“Untuk mengolah puntung rokok kita menggunakan sistem prototech hydrothermal cara kerjanya seperti mesin presto, sehingga tidak ada pembakaran dan luarannya adalah rawchar material yang bisa masuk ke pasaran dan dapat mereduksi emisi karbon. Tidak hanya puntung rokok kita juga mengelola berbagai limbah lainnya seperti ampas kopi, sisa jaring, dengan luaran material yang bisa digunakan di pasaran juga”, tambah Amiroh
Parongpong tidak sendiri dan berkolaborasi dengan berbagai pihak salah satunya Oceankita untuk mengumpulkan limbah-limbah yang ada di laut, hal ini dilakukan agar perhitungan dan data yang ada nantinya bisa dikumpulkan untuk melihat record. Parongpong berusaha untuk menginovasikan berbagai produk yang dapat berguna bagi masyarakat. Seminar ini dilanjutkan oleh narasumber kedua Patricia Airin Kusuma selaku Founder Mortier yang juga membahas bagaimana produksi limbah menjadi kebutuhan sehari-hari.
“Sedikit fakta tempat pembuangan akhir menampung tumpukan sampah sampai 14 lantai gedung, dan sangat variatif mulai dari sampah organik, non-organik, tekstil, dan sampah-sampah lainnya. 90% sampah ini adalah sampah rumah tangga, artinya langkah yang bisa dilakukan itu dimulai dari individu bukan pemerintah atau korporasi. Maka dari itu kita membangun Mortier, sebagai bank sampah yang nantinya sampah tidak berakhir di tempat pembuangan akhir”, jelas Patricia.
Menurut Patricia, sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir akan semakin sulit untuk dikelola dan Patricia juga menyadari bahwa dengan daur ulang itu sendiri tidak menyelesaikan 100% masalah. Salah satu hal yang paling sulit dilakukan adalah menyadarkan masyarakat untuk tidak meminimalisir limbah.
“Saat ini kami menerima banyak proyek bersama pelaku bisnis untuk furnitur atau barang-barang yang lebih berkelanjutan. Selain Mortier, kami juga membuat brand Morrthngs seperti tas, pouch, dan berbagai produk lainnya yang pasti kita perhatikan fungsionalitasnya dan jangka waktu yang lama agar tidak membuat permasalahan baru lagi”, tambah Patricia.
Patricia juga menjelaskan dari produk-produk yang dibuat tidak hanya semata-mata produk harian yang berkelanjutan saja, tapi juga ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dengan desain dan cerita dibaliknya. Dengan strategi ini diharapkan dapat berdampak pada lingkungan dan juga sosial.
“Produk kami menggunakan berbagai limbah rumah tangga mulai dari kulit buah naga, cangkang telur, ampas kopi kulit singkong yang bisa menghasilkan tekstur kulit berbeda-beda. Ini juga menjadi alasan kami membangun bank sampah, agar sampah-sampah yang terkumpul bisa langsung melewati produksi yang lebih cepat dan praktis”, jelas Patricia.
Tantangan dalam Desain Kreatif berkelanjutan
“Tantangan yang dihadapi Parongpong adalah bagaimana kita membuat produk dari limbah tapi membuat banyak masyarakat tidak sadar bahwa itu adalah produk dari limbah, tentu untuk mendapat hasil akhir yang baik membutuhkan waktu yang lama dibutuhkan perhitungan baik secara fisika dan kimia”, jelas Amiroh
Amiroh menyatakan, bahwa mereka tidak pernah menjelaskan komposisi produk secara detail, agar masyarakat bisa menebak sendiri. Bagi Amiroh yang terpenting adalah hasil dan kualitas akhirnya yang menjadi nilai terpenting dalam produk berkelanjutan.
“Hal terbesar yang menjadi tantangan kami adalah sampah yang kotor dan kualitasnya yang kurang baik, semakin kotor limbah akan semakin mahal hal ini karena dibutuhkan ekstra waktu untuk mengelola limbahnya”, jelas Patricia
Patricia menyampaikan hal lainnya yang menjadi tantangan adalah bagaimana menyampaikan pesan nilai dari barang, sehingga masyarakat mengerti prosesnya mulai dari seni dan desainnya. Bagi Patricia, Seni dan Desain dari produk adalah bahasa yang kuat untuk mengkomunikasikan isu keberlanjutan saat ini.
By Rachel Tiffany | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.