
Dari Maratua ke Korea: Film Mahasiswa UMN “Adak Engkot” Guncang Panggung APEC 2025
Juni 17, 2025
Akuntansi vs Manajemen Keuangan: Dua Jurusan Berbeda yang Sama Berperan Penting
Juni 17, 2025
Seminar Future Feature bersama mahasiswa Komunikasi Strategis (Dok. FIKOM UMN)
Tangerang – Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bersama Love Frankie dan Think Policy baru saja mengadakan program Future Feature pada Sabtu, (14/06/2025). Kegiatan ini diadakan selama satu hari dengan berbagai kegiatan seperti seminar dan juga diskusi interaktif bersama mahasiswa. Program Future Feature kali ini dinarasumberi oleh Dr. (Cand.) Hendar Putranto, M.Hum., selaku Dosen Etika Komunikasi UMN.
Di era saat ini teknologi tidak hanya semakin maju dan berkembang tapi juga semakin cerdas. Salah satu teknologi yang kita kenal dengan Artificial Intelligence (AI) memiliki banyak kegunaan dan membantu kehidupan sehari-hari manusia. Namun perlu diketahui bahwa dalam penggunaan manusia perlu mengetahui etika AI.
“Materi ini penting terutama melihat generative AI yang saat ini digunakan dimana-mana khususnya di dunia pendidikan tinggi baik untuk mahasiswa dan dosen. Materi mengenai Etika AI ini bisa berkontribusi untuk pengembangan AI dengan tambahan perspektif ke-nusantara-an”, ucap Hendar.
Dalam pemaparan materinya Hendar memberikan salah satu contoh penggunaan AI yang menyalahkan etika yakni deepfake. Deepfake adalah penyalahgunaan AI dengan menggunakan muka orang lain dan konteksnya yang dibuat ‘mengecoh’. Disini Hendar juga menyampaikan istilah Artificial Intelligence for Social Good (AI4SG) sebagai acuan penggunaan AI.
“Ada beberapa hal yang membedakan antara deepfake dan AI4SG, deepfake mengeksploitasi visual dan tubuh, deepfake tidak memiliki tujuan yang jelas, tidak ada izin, dan budaya viral yang menjadikan bias atau hoaks. Sedangkan AI4SG berbanding terbalik, AI4SG lebih etis dan kontekstual, tujuan jelas, dan tidak melanggar perizinan”, ucap Hendar.
Hendar juga memaparkan kenapa keterlibatan etika AI penting. Hal ini karena AI bukan hanya alat atau teknologi saja, tapi AI merupakan kognitif baru. Bagi Hendar, AI juga memiliki resiko tinggi terutama dalam otonomi berpikir yang bisa hilang, sehingga dibutuhkan etika yang lebih partisipatif.
“Penggunaan AI yang etis itu harus berada dalam kendali manusia baik desainernya atau penggunaannya. Tidak kecanduan terhadap AI, menghormati keragaman, AI juga seharusnya mendorong pengguna untuk tetap berpikir kritis dan bermanfaat bagi kesejahteraan sosial”, tambah Hendar.
Hendar berharap kegiatan ini nantinya bisa bermanfaat dan kedepannya bisa diadakan dengan skala yang lebih luas, sehingga bisa mengedukasi masyarakat yang berbeda-beda. Diharapkan masyarakat bisa memetik manfaat penting dari literasi digital seputar AI.
By Rachel Tiffany Tanukusuma | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.