
Belajar Tentang Sustainable Engineering di Indonesia di UMN
Oktober 7, 2025
CIC 2025 Siap Hadirkan Kolaborasi Akademik Global dalam Format Hibrida
Oktober 9, 2025
Foto bersama jajaran dosen UMN dan narasumber (Dok. UMN)
Tangerang, Sabtu (04/10/25) – Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Library melaksanakan acara Information Literacy Seminar 2025 dengan tema “Integrating Ethical Values into The Implementation of Artificial Intelligence in University”. Seminar ini mengundang Prof. Dr. Suyanto, S.T., M.Sc. dan Nyoo Steven sebagai narasumber.
Mengawali acara, Dr. Ir. Andrey Andoko, M.Sc. selaku Rektor UMN yang menuturkan bagaimana peran Artificial Intelligence (AI) di masa kini, terutama dalam lingkup perguruan tinggi..
“AI membawa disrupsi besar yang mengubah cara manusia bekerja dan belajar. Meski meningkatkan efisiensi, AI juga menimbulkan risiko ketergantungan dan hilangnya kemampuan berpikir kritis. Karena itu, manusia perlu memiliki keterampilan yang melampaui AI, yang meliputi creative thinking, problem solving, komunikasi, dan etika penggunaan teknologi,” ucap Andrey.
Acara dimoderatori oleh Nunik Afriliana, S.Kom., MMSI, dosen program studi Informatika Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Sesi pertama merupakan pemaparan dari Prof. Dr. Suyanto, ST, M.Sc., Rektor Telkom University (Tel-U). Pria yang lebih akrab disapa Prof. Suo ini selama lebih dari 30 tahun berkarier di bidang artificial intelligence (AI). telah memiliki 128 publikasi internasional, memiliki 35 hak cipta, 10 paten, serta beberapa buku. Ia juga tercatat sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh menurut Oxford University dan Elsevier.
Menurut Prof. Suo, perkembangan AI tidak berhenti sampai pada saat ini saja. AI masih dikembangkan menjadi machine learning kemudian deep learning. Namun, perkembangan ini juga menimbulkan fenomena baru seperti ‘post truth’ dan ‘post human’.
“AI saat ini tidak lagi menggunakan metode linguistik, tetapi sequence to sequence. Yang viral jadi dianggap kebenaran; seperti burung beo stochastic. Sehingga, muncul istilah ‘post truth’ di mana yang salah dianggap benar hanya karena secara dominan orang menyatakan demikian. Contohnya Chat GPT yang banyak mencerminkan psikologi manusia di Amerika karena mayoritas datanya berasal dari sana. Hal ini kemudian menimbulkan istilah ‘post human’, di mana manusia mulai meragukan kelayakannya sebagai manusia,” ucap Prof. Suo.
Prof. Suo mengatakan bahwa karena kapasitasnya yang sangat besar, AI mampu membaca miliaran data dalam waktu singkat.
“Sudah begitu banyak data yang terekam di dalam AI, sehingga bisa menghitung peluang hingga 1 milyar langkah ke depan. Maka dari itu AI juga harus dilatih, karena setiap hasil akan mempengaruhi hasil selanjutnya, setiap kata akan mempengaruhi kata berikutnya,” tambahnya.
Namun demikian, manusia tetap memiliki peran yang tak tergantikan. manusia tetap istimewa karena memiliki empati dan humanitas yang tidak dimiliki AI. Meski begitu, menurut Prof. Suo, orang yang tidak mampu memanfaatkan AI akan kalah dengan mereka yang bisa memanfaatkannya. Ia menjelaskan perbedaan antara mass human (berpendidikan tinggi dan memahami AI) dan mean human (berpendidikan menengah atau awam). Hasilnya, kelompok pertama lebih unggul. Untuk menggambarkan ini, Prof. Suo menulis buku “Rollercoasteran Bareng ‘Pacar’” dan “Maratonan Bareng ‘Pacar’” yang membahas AI dengan bahasa ringan dan kreatif.
“Dalam salah satu chapter buku ‘Maratonan Bareng Pacar’, terdapat puisi dengan setiap baris berisi 29 huruf, karena saya menulisnya pada tanggal 29 Januari 2024. Kreativitas seperti inilah yang tidak mungkin bisa dilakukan ataupun digantikan oleh AI. Maka dari itu, sebenarnya AI unggul dalam kapasitas dan akurasi, sedangkan manusia lebih unggul dalam kreativitas dan humanitas,” ujar Prof. Suo
Meski begitu, Prof. Suo berpendapat bahwa AI juga memiliki resiko besar, terutama dalam aspek afektif, kognitif, etika & sosial, serta keamanan dan privasi. Karena itu, ia menghimbau universitas untuk membekali mahasiswa dengan literasi AI, menyusun panduan penggunaan AI, serta menyediakan tools AI resmi. Kepada para mahasiswa, ia menekankan pentingnya menjaga integritas.
“Di Tel-U sendiri satu bulan lalu baru saja merilis panduan penggunaan AI. Jadi, kepada para mahasiswa, penggunaan AI memang diperbolehkan atau bahkan diwajibkan, namun mohon untuk tidak mengklaim hasil buatan AI sebagai buatan sendiri. Karena sekalipun diperiksa menggunakan AI detector, false accusation masih sering terjadi,” himbau Prof. Suo.
Prof. Suo juga memperingatkan agar mahasiswa tidak memasukkan data pribadi ke sistem AI karena privasi harus dijaga. Ia juga menambahkan bahwa universitas memiliki tanggung jawab besar terhadap kedaulatan data, kultural, nasional, dan humanitas.
Menutup sesi pertama, ia menegaskan bahwa AI hadir untuk mendukung pembelajaran, bukan merusak integritas. Mahasiswa diharapkan membangun motivasi, membekali diri dengan literasi AI, menjaga integritas akademik, serta menggunakan AI sebagai alat pengayaan, bukan pengganti.
“Seperti motto saya pegang, ‘Harmonizing empathy and professionalism for human enlightenment’. Empathy bukan berarti mengasihani, serta professionalism artinya bekerja dengan etika,” tutupnya.
Sesi kedua diisi oleh Nyoo Steven, Artificial Intelligence Olympiad Head Coach, dengan materi bertajuk “AI for Education” Steven merupakan pelatih Timnas AI Indonesia yang berhasil membawa timnya meraih tiga perak dan satu perunggu dalam debut Indonesia di International Olympiad in Artificial Intelligence (IOAI) 2025. Ia juga telah memenangkan lebih dari 10 kompetisi AI serta alumni Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI) dan Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) tahun 2021.
Menanggapi pemaparan Prof. Suo, Steven menyetujui bahwa AI bekerja melalui pengumpulan data, pelatihan model, dan pembuatan prediksi berdasarkan pola.
“AI memang mengambil jawaban yang mayoritas, atau yang biasa disebut majority voting. Maka dari itu, kalau bertanya pada AI, tanyalah sepuluh kali lalu ambil jawaban mayoritas, tapi jangan lupa untuk mengkonfirmasi ulang. Karena Chat GPT bisa berhalusinasi,” jelasnya.
Steven menjelaskan bahwa prompt engineering menjadi keterampilan yang penting dalam berinteraksi dengan AI. Menurutnya, saat ini terdapat dua metode, yakni zero shot, bertanya langsung tanpa contoh, dan few shot, yaitu memberikan beberapa contoh terlebih dahulu. Ia juga memberikan tips lainnya ketika berinteraksi dan bertanya pada AI.
“Kalau mau bertanya mengenai teori, bertanyalah seperti anak berusia 10 tahun. Lengkapi apa topiknya, apa kriterianya, dan apa yang belum dipahami. Jangan jadi pemalas,” pesan Steven.
Menurut Steven, kemampuan membuat prompt yang baik adalah salah satu langkah awal dalam memutakhirkan keterampilan dalam menggunakan AI. Sebab berdasarkan riset PWC (Juni 2024), 76% karyawan menilai generative AI menciptakan peluang dan keterampilan baru. Sementara Microsoft (Mei 2024) melaporkan bahwa 66% perusahaan tidak akan merekrut karyawan tanpa kemampuan AI.
“Di Fasilkom UI sedang dikembangkan chatbot untuk menciptakan personalisasi belajar sesuai cara belajar mahasiswa. Ini merupakan tindak lanjut dari skripsi saya. Menurut saya, AI dalam pendidikan seharusnya tidak hanya digunakan untuk membantu belajar, tetapi juga dipahami cara kerjanya. Mahasiswa perlu belajar tentang AI, bukan hanya belajar bersama AI,” tambah Steven.
Meski mendukung penggunaan AI dalam edukasi, Steven menekankan pentingnya etika penggunaan AI, terutama karena karya manusia dan karya AI kini sulit dibedakan. Ia menyinggung ancaman deep fake, seperti face swapping atau face manipulation.
“Etikanya ketika menggunakan AI adalah izin, periksa, dan sitasi. Pastikan sudah mendapat izin, periksa kembali hasil AI, dan sitasi secara jujur bila menggunakan AI. Prinsipnya, AI harus menjunjung prinsip explainability, safety and privacy, serta keterlibatan antara guru/dosen dan siswa/mahasiswa,” tegas Steven sekaligus menutup pemaparannya.
Acara kemudian memasuki sesi tanya-jawab, dan diakhiri dengan pemberian doorprize kepada peserta paling aktif.
By Tangika Valencia | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.