
Alternatif Kuliah Berkualitas? Coba Jalur Masuk Ini!
Juni 20, 2025
Kuliah S2 Makin Terjangkau? Intip Beasiswa Magister UMN!
Juni 23, 2025Artificial Intelligence (AI) merupakan teknologi yang saat ini menjadi perbincangan hangat di pendidikan, industri dan juga sosial. Artificial Intelligence tidak semata-mata teknologi yang bisa menjawab segala pertanyaan dan membantu kehidupan manusia tapi banyak hal yang bisa kita pelajari terkait Artificial Intelligence.
Walaupun AI menjadi salah satu teknologi yang membantu kehidupan manusia sehari-hari perlu diketahui bahwa dalam penggunaan AI manusia perlu mengetahui etika AI. Etika AI perlu dipahami sebagai moral, nilai-nilai dan dampak dari penggunaan AI, karena perkembangan teknologi AI bukan suatu hal yang perlu ditakuti melainkan suatu hal yang perlu dikuasai.
“Melihat generative AI yang saat ini digunakan dimana-mana khususnya di dunia pendidikan tinggi baik untuk mahasiswa dan dosen. Materi mengenai Etika AI ini bisa berkontribusi untuk pengembangan AI dengan tambahan perspektif ke-nusantara-an”, ucap Dr. Bonifacius Hendar Putranto, S.S., M.Hum., selaku Dosen Ilmu Komunikasi UMN.
Hendar memberikan salah satu contoh penggunaan AI yang menyalahkan etika yakni deepfake. Deepfake adalah penyalahgunaan AI dengan menggunakan muka orang lain dan konteksnya yang dibuat ‘mengecoh’. Disini Hendar juga menyampaikan istilah Artificial Intelligence for Social Good (AI4SG) sebagai acuan penggunaan AI.
“Ada beberapa hal yang membedakan antara deepfake dan AI4SG, deepfake mengeksploitasi visual dan tubuh, deepfake tidak memiliki tujuan yang jelas, tidak ada izin, dan budaya viral yang menjadikan bias atau hoaks. Sedangkan AI4SG berbanding terbalik, AI4SG lebih etis dan kontekstual, tujuan jelas, dan tidak melanggar perizinan”, ucap Hendar.
Hendar juga menyampaikan kenapa keterlibatan etika AI penting. Hal ini karena AI bukan hanya alat atau teknologi saja, tapi AI merupakan kognitif baru. Bagi Hendar, AI juga memiliki resiko tinggi terutama dalam otonomi berpikir yang bisa hilang, sehingga dibutuhkan etika yang lebih partisipatif.
“Penggunaan AI yang etis itu harus berada dalam kendali manusia baik desainernya atau penggunaannya. Tidak kecanduan terhadap AI, menghormati keragaman, AI juga seharusnya mendorong pengguna untuk tetap berpikir kritis dan bermanfaat bagi kesejahteraan sosial”, tambah Hendar.
Hendar berharap akan semakin banyak masyarakat yang teredukasi mengenai AI dan juga etika penggunaan AI. Hendar ingin masyarakat bisa memetik manfaat penting dari penggunaan AI dan semakin banyak masyarakat tahu dengan etika AI.
By Rachel Tiffany Tanukusuma | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.