
Kolaborasi Lintas Negara: UMN dan GMLS Manfaatkan Musik dan Cerita Untuk Edukasi Tentang Bencana
Desember 11, 2025
Mahasiswa Jurnalistik UMN, Theresia Sekar Kinanti Deviatri sedang berpose di depan banner GIJC. (dok. Theresia Sekar Kinanti Deviatri)
TANGERANG – Mahasiswa Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara (UMN) kembali mencatat prestasi internasional. Theresia Sekar Kinanti Deviatri, mahasiswa angkatan 2023, terpilih mewakili Indonesia dalam Global Investigative Journalism Conference (GIJC) 2025 sebagai sukarelawan (volunteer).
Global Investigative Journalism Conference (GIJC) 2025 ini merupakan konferensi jurnalisme investigasi terbesar di dunia yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 20–24 November 2025. GIJC dikenal sebagai ajang dua tahunan yang mempertemukan ribuan jurnalis dari seluruh penjuru dunia. Sejak pertama kali diselenggarakan di Kopenhagen pada 2001, konferensi ini telah mengumpulkan lebih dari 8 ribu jurnalis dari 130 negara.
GIJC kemudian berlangsung di berbagai kota besar, mulai Amsterdam, Toronto, Geneva, Kyiv, hingga Rio de Janeiro, yang menjadi konferensi pertama di belahan bumi selatan. Setelah diselenggarakan di Johannesburg (2017), Hamburg (2019), serta daring pada 2021, GIJC kembali tatap muka di Gothenburg (2023). Tahun 2025 pun menandai sejarah baru karena konferensi untuk pertama kalinya digelar di Asia.
“GIJC diadakan setiap dua tahun sekali dan di 2025, ini pertama kali diadakan di Asia tepatnya di Kuala Lumpur, Malaysia,” kata Kinan.
Kinan mengatakan ketertarikannya pada dunia jurnalistik sudah muncul sejak SMA saat ia bersekolah di Stella Duce 1 Yogyakarta. Ia pertama kali mengenal UMN melalui sebuah edu fair. Kinan kemudian langsung tertarik karena UMN merupakan salah satu kampus yang memiliki Program Studi Jurnalistik yang spesifik dan berafiliasi dengan Kompas. Kompas merupakan salah satu media massa tepercaya dan terbesar di Indonesia. Karya jurnalistik media ini acapkali diakui dan sering mendapatkan berbagai penghargaan tingkat dunia maupun nasional.
“Saat SMA, aku memang sudah ada ketertarikan untuk jadi jurnalis dan UMN satu-satunya yang punya spesifik prodi Jurnalistik dan punya Kompas. Siapa sih yang gak kenal Kompas?” ujarnya.
Selama kuliah, Kinan merasa keterampilan komunikasi interpersonal menjadi kompetensi yang paling terbentuk dan berpengaruh pada proses terpilihnya mengikuti GIJC 2025. Ia terbiasa membangun jaringan dengan dosen, jurnalis, serta pegiat media. Menurutnya, proses itu melatih kepekaannya dalam berinteraksi dengan orang dari beragam latar belakang. “Di sinilah, kemampuanku berbicara dan berhubungan dengan berbagai orang yang bermacam budaya diuji,” kata Kinan.

Mahasiswa Jurnalistik UMN, Theresia Sekar Kinanti Deviatri sedang berpose di depan banner GIJC. (dok. Theresia Sekar Kinanti Deviatri)
Dalam konferensi, Kinan mengikuti sesi-sesi panel dan lokakarya. Salah satunya, ada sesi khusus bersama pembicara kunci, termasuk jurnalis peraih Nobel Perdamaian 2021, Maria Ressa.
Namun, pengalaman paling berkesan justru ia dapatkan saat bertugas sebagai volunteer selama tiga hari. Kesempatan tersebut membuatnya dapat berinteraksi langsung dengan panelis sebelum sesi dimulai. Ia menyebut percakapan dengan para jurnalis internasional membuka pemahaman baru tentang dedikasi profesi jurnalis. Salah satu kisah yang paling membekas datang dari seorang jurnalis Papua Nugini yang menulis liputan investigasi selama lebih dari lima tahun demi kepentingan publik. Momen itu mendorongnya merefleksikan kembali arti profesi jurnalis.
“Aku jadi semakin menyadari kalau jadi jurnalis itu bukan sekadar profesi, melainkan panggilan hidup,” ujar Kinan.
Kinan pun menilai partisipasi mahasiswa Indonesia di GIJC sangat penting karena pertemuan seperti ini membuka peluang pengembangan diri sekaligus menguji ilmu yang didapat di kampus dalam ekosistem jurnalistik global. Ia menekankan bahwa mahasiswa Jurnalistik UMN perlu aktif mengejar kesempatan internasional, baik konferensi, fellowship, maupun program akademik lainnya. Kata Kinan, kesempatan ini akan memberikan manfaat yang terasa jangka panjang, mulai dari jejaring profesional hingga perspektif liputan yang lebih matang.
Kesempatan mengikuti GIJC 2025 Kinan dapatkan setelah mendapatkan rekomendasi Kaprodi Jurnalistik UMN, yang mengenalkannya pada jaringan GIJN Indonesia. Selanjutnya, ia dihubungi pihak GIJN untuk mengisi formulir pendaftaran sebagai kandidat delegasi mahasiswa. Menurutnya, materi perkuliahan, bimbingan dosen, dan lingkungan belajar di UMN sangat membantunya memahami isu global yang dibahas dalam konferensi, sehingga ia tidak merasa “gelas kosong” saat menghadapi diskusi tingkat internasional.
Ia berpesan kepada mahasiswa Jurnalistik UMN lainnya untuk berani mengambil setiap kesempatan, sekecil apa pun. “Kesempatan tidak datang dua kali itu nyata adanya,” ujarnya.
By Melinda Chang | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.




