
UMN Resmi Gandeng Pemerintah Banggai, Sulawesi Tengah
Desember 4, 2025
CEO Talks FTI UMN bersama Sano (Dok. UMN)
Tangerang, (04/11/2025) – Fakultas Teknik dan Informatika (FTI) UMN mengadakan seminar bersama CEO dan Founder Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano atau yang kerap disapa Sano. Mengangkat topik besar mengenai isu berkelanjutan, Sano juga menyinggung pentingnya kolaborasi antara manusia dan Artificial Intelligence dalam mendukung dan berkontribusi untuk bumi yang lebih baik. Seminar ini juga pengaya untuk kegiatan Lomba Peneliti Belia Nasional 2025 yang dituan rumahi oleh UMN.
Saat ini isu keberlanjutan menjadi topik yang digaungkan oleh masyarakat, tidak semata-mata hanya sebagai visi United Nations (PBB) untuk masa depan dunia saja. Namun, melihat realita dunia dimana iklim semakin buruk dan maraknya bencana akibat ulah manusia itu sendiri. Pada kesempatan ini Sano membahas bagaimana strategi pengelolaan limbah yang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
“Kita lihat isu yang ada saat ini dan dekat sekali dengan Indonesia yaitu masalah limbah. Sebagian orang hanya berpikir membuang sampah ditempatnya yang penting rumah bersih. Tapi tidak memikirkan sampah itu setelahnya kemana dan prosesnya bagaimana, permasalahan ini tidak selesai-selesai bahkan Indonesia sudah tiga kali ganti presiden”, tegas Sano.
Sano sendiri aktif dalam menginisiasikan agar Indonesia bisa lebih baik dalam pengelolaan limbah. Selain lewat Waste4Change, Ia juga menguraikan strategi yang bisa diterapkan di Indonesia yakni melihat masing-masing lapisan daerah mulai dari desa, perkotaan, hingga wilayah. Hal ini menjadi penting, sehingga pengelolaan limbah bisa disesuaikan dan menyeimbangkan APBN daerah.
“Memang secara fakta, APBD itu tidak cukup untuk mengatasi masalah limbah, melihat banyak prioritas lainnya seperti pendidikan dan kesehatan masyarakat. Kalau dipaksakan akan mengorbankan hal-hal penting ini juga. Lalu apa yang bisa dilakukan? Menggerakan ekonomi sirkular, mendaur ulang produk yang ada, menjadikan pekerjaan ini profesi profesional”, jelasnya.
Bagi Sano, masa depan profesi yang memiliki peluang tinggi dan masif di Indonesia adalah Extended Producer Responsibility (EPR). Mendorong produsen dan industri untuk menggerakan ekonomi sirkular dan berkelanjutan. Ini selaras dengan kegiatan yang dilakukan oleh Waste4Change dalam menggerakan dan mendaur ulang limbah menjadi hal baru yang bisa membuat peluang bisnis baru.
Peran penting pendidikan dan teknologi dalam pengelolaan limbah

Sano dalam pemaparan materi CEO Talks FTI UMN (Dok. UMN)
Sano mengemukakan pentingnya pendidikan dan pengintegrasian teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mengelola limbah. Bagi Sano, penelitian dan edukasi mengenai keberlanjutan harus diterapkan kepada anak-anak sedari dini.
“Dalam mengedukasi, kita bisa dimulai dari langkah kecil dan sektor pendidikan sebenarnya memiliki peran cukup penting dalam hal ini. Mulai dari pengkategorian jenis limbah, pengelolaan limbah organik menjadi kompos, mengganti produk yang bisa digunakan kembali, dan berbagai inisiatif lainnya”, terang Sano.
Sano menambahkan, jika masyarakat Indonesia secara konsisten teredukasi mengenai pengelolaan limbah yang baik, kedepannya Indonesia bisa dan memungkinkan bebas limbah. Selain masyarakat, institusi pendidikan, industri dan pemerintah mengambil peran penting, sehingga diharapkan adanya kolaborasi yang lebih luas lagi.
“Institusi pendidikan itu memberikan kontribusi besar karena merekalah pengrajin penelitian dan jurnal, jangan sampai penelitian ini berakhir di perpustakaan dan tidak terimplementasi di masyarakat. Perluas relasi, sekolah dan universitas bisa berkolaborasi untuk mendorong penelitian yang berdampak”, jelas Sano.
Selain berkolaborasi antar manusia, Sano juga menekankan kolaborasi dengan teknologi. Melihat teknologi yang kian maju, ini menjadi peluang yang besar juga untuk manusia meningkatkan produktivitas. Teknologi AI dirancang bukan untuk menggantikan manusia tapi sebagai alat untuk membantu pekerjaan manusia.
“AI dapat menjadi akselerator, saya sendiri kerja lebih cepat, efektif dan efisien sehingga dampaknya jasa yang kita berikan bisa lebih affordable dan banyak orang bisa pakai. Menariknya, AI bisa membantu untuk mempelajari isu keberlanjutan dan limbah sampai dalam, sehingga kita bisa benar-benar mencari solusi yang tepat. Saya rasa, hal ini juga bisa membantu penelitian yang lebih efisien dan mendalam”, papar Sano.
Sano menjelaskan lebih lanjut, sistem pekerjaan di Waste4Change sudah menggunakan digitalisasi untuk memproses data-data, dan menjadi aset yang besar serta berguna untuk masa depan. Namun Sano juga berpesan bahwa kita tidak bisa 100% mengandalkan AI, mengingat teknologi hanya sebagai alat bantu. Manusia tetap memiliki peran yang fundamental.
“Dengan penggunaan AI tentu kita tetap harus bijak dan menggunakannya dengan hal positif. Segala alat yang ada di dunia ini pada dasarnya bisa digunakan secara baik dan buruk. Ibaratnya sendok digunakan untuk makan, tapi juga bisa untuk memukul orang, tergantung manusianya”, tambahnya
Sano juga meninggalkan pesan pada peserta yang mengikuti seminar ini untuk terus berpikir kritis, inovatif, dan analitis. Kemampuan ini juga perlu diturunkan kepada anak-anak kedepannya, sehingga generasi mendatang tidak bergantung pada AI dan memiliki pikiran tajam.
By Rachel Tiffany | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.




