
Penerapan IoT di Kehidupan Kampus
Oktober 26, 2025
Penerapan AI dalam Integrasi Panel Surya dan Energi Angin ke Smart Grid
Oktober 26, 2025
Pro dan Kontra Tren Penggunaan ChatGPT di Kelas (Sumber: Unsplash/Jonathan Kemper)
Kecerdasan buatan (AI) telah bergeser dari topik riset khusus menjadi alat pendidikan arus utama, dan di pusat perubahan ini hadir ChatGPT. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak universitas dan juga sekolahan mulai bereksperimen dengan bagaimana ChatGPT dapat mendukung proses belajar-mengajar.
Apa yang awalnya hanya jadi pilihan tambahan bagi mahasiswa yang melek teknologi kini berkembang menjadi bagian terstruktur dari pengalaman belajar di kelas. Artikel ini akan membahas pro dan kontra tren menggunakan ChatGPT sebagai salah satu alat bantu belajar.
Baca juga: 5 Kelebihan dan Kekurangan Artificial Intelligence: Membantu dan Mengancam?
Mengapa ChatGPT Masuk ke Ruang Kelas?
Meningkatnya penggunaan ChatGPT di kelas didorong oleh faktor aksesibilitas, adaptabilitas, dan efisiensi. Tidak seperti alat belajar tradisional, ChatGPT memberikan jawaban instan, mampu mensimulasikan dialog, serta menyesuaikan penjelasan dengan tingkat pemahaman siswa.
5 Manfaat Utama Menggunakan ChatGPT Untuk Belajar
- Dukungan Personal: Mahasiswa bisa melakukan riset pribadi dan mencari jawaban dari berbagai pertanyaan yang mungkin mereka miliki kapan saja, seolah memiliki tutor 24/7.
- Peningkatan Keterampilan Menulis: ChatGPT bisa membantu mahasiswa brainstorming, menyusun esai, dan memperbaiki tata bahasa. Mahasiswa bisa sekaligus belajar menulis draf esai yang benar.
- Bantuan Pemrograman: Bagi mahasiswa informatika atau sistem informasi, ChatGPT bisa menjelaskan kode, algoritma, hingga debugging, melengkapi sesi laboratorium.
- Bantuan Riset: Banyak mahasiswa menggunakan ChatGPT untuk menghasilkan ringkasan artikel jurnal atau topik penelitian. ChatGPT dikabarkan sangat membantu mahasiswa bahan bacaan yang banyak dan ingin mengikuti perkembangan terbaru di bidangnya.
- Bantuan Memahami Materi Lebih Jelas: dengan AI, mahasiswa bisa meminta ChatGPT untuk menjelaskan materi yang rumit dengan bahasa yang lebih sederhana dan gampang untuk dicerna.
Baca juga: Belajar tentang AI di Jurusan Kuliah Ini!
5 Tantangan Penggunaan ChatGPT di Kelas
- Integritas Akademik: Mahasiswa sangat bisa tergoda untuk menyerahkan tugas yang sepenuhnya dibuat AI, sehingga mengaburkan batas antara belajar dengan AI dan menyerahkan pekerjaan kepada AI.
- Ketergantungan Berlebihan: Tanpa AI, mahasiswa akan ditantang untuk lebih detail dan kritis. Kebergantungan dengan ChatGPT bisa melemahkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
- Akurasi Informasi: ChatGPT terkadang menghasilkan jawaban yang terdengar meyakinkan tetapi salah. Karena itu, keterampilan verifikasi tetap penting.
- Bias dan Etika: Karena dilatih dari data manusia, ChatGPT bisa memunculkan bias atau stereotip. Hal ini perlu dijadikan bahan diskusi etika di kelas.
- Privasi Data: Pertanyaan mahasiswa bisa saja memuat informasi sensitif, sehingga muncul isu keamanan data dan kepatuhan hukum.
Masa Depan Penggunaan ChatGPT di Kelas
Jika digunakan dengan benar, alat-alat AI seperti ChatGPT dapat membantu mahasiwa untuk belajar lebih efektif. Sektor pendidikan dapat mengintergrasikan ChatGPT di kelas tapi, tantangannya adalah menemukan keseimbangan: memanfaatkan AI sebagai alat pendukung, sambil menjaga nilai berpikir kritis, kreativitas, dan kejujuran akademik. Beberapa universitas bahkan mulai mempertimbangkan adanya mata kuliah literasi AI, agar mahasiswa tidak hanya bisa menggunakan ChatGPT tetapi juga memahami keterbatasan serta implikasi etisnya.
Baca juga: Center for Sustainability: Peran UMN dalam Mengadopsi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Kesimpulan
Terdapat berbagai manfaat dan tantangan menggunakan ChatGPT di kelas atau ranah perkuliahan. Dengan ChatGPT, pembelajaran menjadi lebih interaktif, personal, dan dinamis. Namun, adopsi AI harus disertai tanggung jawab. Dengan mengantisipasi tantangan seperti plagiarisme, bias, dan ketergantungan, pendidik dapat memastikan ChatGPT memperkuat pendidikan, bukan melemahkannya. Kuncinya adalah memanfaatkan keunggulan AI sambil tetap menumbuhkan kemampuan siswa untuk berpikir mandiri.
By Levina Chrestella Theodora
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.




