
Producer Visinema Novia Puspa Sari & Aktor Kristo Immanuel Hadiri Sinetalk UCIFEST ke-16
Mei 13, 2025
Industry Visit UMN ke PT Indofood
Mei 13, 2025
(Sesi sharing Ryan Adriandhy dalam acara Ucifest ke-16. Dok. UMN)
Tangerang – Universitas Multimedia Nusantara (UMN) kedatangan tamu yang membanggakan di acara UMN Animation & Film Festival (Ucifest) ke-16. Di acara tersebut, hadir sutradara animasi ternama “Jumbo”, Ryan Adriandhy, yang turut membawakan materi tentang ”Membangun Emosi di Animasi” pada Jumat (09/05/2025).
“Kenapa menurutku akting itu sangat penting banget di animasi terutama kalau animasinya memang sifatnya cerita naratif ya, yang ada naratornya…Karena walaupun dia film animasi, tapi dia tetap sebuah film, mediumnya aja animasi bukan live action. Hanya ada perbedaan mendasar dari cara menghadirkan footagenya,” ujar Ryan dalam acara tersebut.
Ryan juga menegaskan walaupun film animasi tidak seperti real-action yang nyata, film animasi tetap menghadirkan cerita yang menunjukkan karakter, di mana karakter juga harus bisa menunjukkan emosi.
“Yang kita hadirkan pada akhirnya di sebuah layar adalah cerita, dan ceritanya itu dipandu oleh karakter, sehingga karakter itu harus berakting, menyampaikan semua emosi dan gerakan ceritanya,” tutur Ryan.

(Ryan Adriandhy ketika membawakan materi di UMN. Dok. UMN)
Selain itu, Ryan mengungkapkan keberhasilan salah satu animasi yang ia garap, yakni “Jumbo” ternyata bisa membuat orang menggeser pandangannya terkait dunia animasi, termasuk pandangan kalau animasi adalah genre. Menurut Ryan, sebenarnya animasi bukan genre, melainkan adalah teknik membuat ilusi kehidupan atas sesuatu yang tidak hidup.
“Animasi bukan genre…Animasi adalah sebuah medium, teknik ya, teknik bercerita. Bagaimana kata dasarnya adalah dari sesuatu yang in-animate, sesuatu yang tidak hidup, dia hanya gambar, dia hanya model 3D, dia in-animate, dia tidak hidup. Tapi dengan kita animating dia, dia menjadi sesuatu yang animated, jadi ada kesan hidup,” jelasnya.
Tak hanya itu, Ryan juga membahas tentang bagaimana animasi kemudian bisa memberikan sesuatu yang tidak bisa dilakukan live-action, salah satunya tentang bagaimana animasi itu banyak bisa melakukan bahasa visual yang jika dilakukan di live-action, dia terbatas oleh logistik dan hukum fisika, kecuali live-actionnya dibantu oleh visual effects.
“Pada dasarnya kalau dia hanya bikin live-action biasa aja, dia tidak bisa melakukan hal-hal yang animasi bisa lakukan,” tutur Ryan lagi.
Penting diketahui juga, film animasi “Jumbo” berhasil tembus 4 juta penonton dalam waktu dua pekan setelah ditayangkan di bioskop. Tak hanya itu, film tersebut juga berhasil mencetak sejarah sebagai film terlaris se-Asia Tenggara.
Sumber: Kompas.com
By Putu Wiena | UMN News Service
Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Informatika| Sistem Informasi | Teknik Komputer | Teknik Elektro | Teknik Fisika | Akuntansi | Manajemen| Komunikasi Strategis | Jurnalistik | Desain Komunikasi Visual | Film dan Animasi | Arsitektur | D3 Perhotelan , di Universitas Multimedia Nusantara.